Satu-satunya pendapat, untuk
mengingat-ingat tembang macapat (11 tembang) yang menggambarkan jalan hidup
(daur hidup) dari lahir sampai meninggal. Bab ini hanya salah satu usul,
mungkin masih ada pendapat yang lain. Semua harus dihormati, agar mudah
dimengerti.
1. Bayi lahir nama tembangnya: mijil
2. Bayi semakin besar dan memerlukan latihan berjalan
nama tembangnya: kinanthi
3. Selesai menjadi remaja nama tembangnya si muda: sinom
4. Kalau muda sedang jatuh cinta, nama tembangnya: asmaradana
5. Cinta yang indah, manis, nama tembangnya: dhandhanggula
6. Cinta yang menjadi satu (gambuh) membangun keluarga: gambuh
7. Urip semakin lama semakin tua, pemikirannya belum berhenti karena
nafsu dunia dan akhirat masih mengambang: maskumambang
8. Pemikirannya lebih condong untuk kepentingan rohani atau
akhirat, nama tembangnya: durma
9. Usia tua, pemikirannya semakin meninggalkan harta dunia: pangkur
10. Orang meninggal itu putus dari roh atau nyawanya: megatruh
11. Mayat dibungkus jadi pocongan, nama tembangnya: pucung
1. Bayi lahir nama tembangnya: mijil
2. Bayi semakin besar dan memerlukan latihan berjalan
nama tembangnya: kinanthi
3. Selesai menjadi remaja nama tembangnya si muda: sinom
4. Kalau muda sedang jatuh cinta, nama tembangnya: asmaradana
5. Cinta yang indah, manis, nama tembangnya: dhandhanggula
6. Cinta yang menjadi satu (gambuh) membangun keluarga: gambuh
7. Urip semakin lama semakin tua, pemikirannya belum berhenti karena
nafsu dunia dan akhirat masih mengambang: maskumambang
8. Pemikirannya lebih condong untuk kepentingan rohani atau
akhirat, nama tembangnya: durma
9. Usia tua, pemikirannya semakin meninggalkan harta dunia: pangkur
10. Orang meninggal itu putus dari roh atau nyawanya: megatruh
11. Mayat dibungkus jadi pocongan, nama tembangnya: pucung
Sumber:
Saputra, K.H. 2001. Sekar Macapat. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Saputra, K.H. 2001. Sekar Macapat. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.