Selasa, 25 Februari 2014

(2). Sejarah Tembang Macapat





Menurut sejarah, sastra Jawa telah menempuh perjalanan panjang sekitar sepuluh abad. Tradisi sastra Jawa telah melahirkan karya-karya bermutu tinggi dan penuh kegaiban serta memiliki bentuk yang khas. Kekhasan itu dilihat tidak hanya dari pandangan kesastraan secara umum tetapi juga dilihat dari pandangan kesastraan Jawa sendiri berdasarkan zaman ke zaman. Secaratradisionalsastra Jawa dikelompokkan kedalam tiga babakan berdasarkan bahasa yang digunakan, yakni sastra Jawa kuna, sastra Jawa tengahan, dan sastra Jawa baru. Salah satu sastra Jawa yang masih sering ditemui dan menjadi pelajaran bahasa daerah di sekolah adalah tembang macapat (Saputra, 2010:8-18). Tembang macapat atau secara tradisional disebut dengan sekar macapat merupakan persajakan sastra Jawa baru. Selaian macapat, ada karya sastra Jawa yang lain yakni kakawin, kidung, parikan, wangsalan, singir, guritan dan geguritan.
Menurut perkiraan secara umum, macapat muncul pada akhir masa pemerintahan Majapahit dan dipengarui Walisanga. Namun, hal ini hanya bisa dikatakan untuk situasi di Jawa Tengah sebab di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum datangnya islam. Bukti pernyataan tersebut adalah sebuah teks dari Bali dan Jawa Timur yaitu Kidung Ranggalawedikatakan telah selesai ditulis pada tahun 1334 Masehi.
                  
                  Sumber:
                  Saputra, K.H. 2010. Sekar Macapat. Jakarta: Wedatama Widya Sastra
Wikipedia. 2013. Tembang Macapat, (Online), (id.wikipedia.org/wiki/Macapat), diakses 18 Januari 2014.

Recent Posts

QC

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate