Kamis, 27 Februari 2014

1.) Kompetensi Pembelajaran



A. Standar  Kompetensi
4. Menulis
Mengungkapkan perasaan, pikiran, dan informasi dalam bentuk tembang.
B.  Kompetensi Dasar
Menulis
4.1 Membuat tembang macapat sesuai dengan kaidah.
C.  Indikator
1.      Dapat menemukan kaidah tembang macapat.
2.      Dapat melengkapi cakepan tembang macapat sesuai dengan kaidah.
3.      Dapat membuat tembang macapat sesuai kaidah.
D. Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa dapat menemukan kaidah-kaidah yang terdapat dalam tembang macapat dengan benar.
2.      Siswa dapat melengkapi cakepan tembang macapat sesuai dengan kaidah
3.      Siswa dapat membuat tembang macapat sesuai kaidah yang benar. 

Rabu, 26 Februari 2014

(1). Pengertian Tembang Macapat




Karya sastra Jawa yang merupakan peninggalan nenek moyang ada berbagai macam jenis  yang bisa kita temui hingga sekarang. Salah satunya puisi Jawa yang sering kita dengar yaitu tembang macapat, yang merupakan hasil cipta sastra Jawa baru dengan menggunakan bahasa Jawa baru (Saputra, 2010: 12-13). Dengan kata lain, tembang macapat adalah suatu bentuk puisi Jawa yang menggunakan bahasa Jawa baru, diikat oleh paugeran (aturan) guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.
Macapat tergolong puisi tradisional Jawa, setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata tertentu, dan berakhir pada bunyi akhir yang disebut guru lagu. Tembang macapat diartikan sebagai membaca empat-empat, yaitu maksudnya cara membaca yang terjalin setiap empat suku kata.
                 
                  
                  Sumber:
                  Saputra, K.H. 2010. Sekar Macapat. Jakarta: Wedatama Widya Sastra
Wikipedia. 2013. Tembang Macapat, (Online), (id.wikipedia.org/wiki/Macapat), diakses 18 Januari 2014.

Selasa, 25 Februari 2014

(2). Sejarah Tembang Macapat





Menurut sejarah, sastra Jawa telah menempuh perjalanan panjang sekitar sepuluh abad. Tradisi sastra Jawa telah melahirkan karya-karya bermutu tinggi dan penuh kegaiban serta memiliki bentuk yang khas. Kekhasan itu dilihat tidak hanya dari pandangan kesastraan secara umum tetapi juga dilihat dari pandangan kesastraan Jawa sendiri berdasarkan zaman ke zaman. Secaratradisionalsastra Jawa dikelompokkan kedalam tiga babakan berdasarkan bahasa yang digunakan, yakni sastra Jawa kuna, sastra Jawa tengahan, dan sastra Jawa baru. Salah satu sastra Jawa yang masih sering ditemui dan menjadi pelajaran bahasa daerah di sekolah adalah tembang macapat (Saputra, 2010:8-18). Tembang macapat atau secara tradisional disebut dengan sekar macapat merupakan persajakan sastra Jawa baru. Selaian macapat, ada karya sastra Jawa yang lain yakni kakawin, kidung, parikan, wangsalan, singir, guritan dan geguritan.
Menurut perkiraan secara umum, macapat muncul pada akhir masa pemerintahan Majapahit dan dipengarui Walisanga. Namun, hal ini hanya bisa dikatakan untuk situasi di Jawa Tengah sebab di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum datangnya islam. Bukti pernyataan tersebut adalah sebuah teks dari Bali dan Jawa Timur yaitu Kidung Ranggalawedikatakan telah selesai ditulis pada tahun 1334 Masehi.
                  
                  Sumber:
                  Saputra, K.H. 2010. Sekar Macapat. Jakarta: Wedatama Widya Sastra
Wikipedia. 2013. Tembang Macapat, (Online), (id.wikipedia.org/wiki/Macapat), diakses 18 Januari 2014.

Senin, 24 Februari 2014

(3). Kegunaan Tembang Macapat

                                    

Tembang macapat merupakan salah satu warisan nenek moyang dan karya sastra yang mempunyai ciri khas tersendiri. Dalam menulis tembang macapat terdapat aturannya yaitu metrum yang berbeda-beda dari setiap tembang. Selain itu setiap tembang mempunyai maksud atau watak yang merupakan karakteristik perjalanan manusia dari lahir hingga menemui ajal dikemas dalam setiap watak dari setiap tembang macapat.
       Kegunaan tembang macapat yang dijabarakan oleh Warsena dalam Suwardi (2006:15) dapat dikelompokkan sebagai berikut sesuai dengan watak tembang.

No.
Macam tembang 
Watak
Kegunaan 
1.
Mijil
Kasih, kesedihan, harapan 
Mengajar orang yang sedang sedih
2.
Kinanthi
Senang menyayangi, jatuh cinta, merasa setia 
Menasehati, pecahan cinta, terlanjur suka 
3.
Sinom
Lincah, centil, susah, iba,pucat/suram 
Mengajar, berkelana 
4.
Asmaradana
Suka, sedih, terkesan 
Menyebabkan suka, jatuh cinta 
5.
Dhandhanggula
Lunak, suka, indah 
Untuk apa saja pas 
6.
Gambuh
Berbudi baik, bersaudara 
Mengajar, menasehati 
7.
Maskumambang
Bersedih, mengotor-ngotori 
Menyebabkan rasa sedih, sedih 
8.
Durma
Keras, nesu, semangat, tegang 
Orang marah, berperang 
9.
Pangkur
Kasar, marah 
Nasihat agak kasar 
10.
Megatruh
Susah, menyesal, menyesal sekali, sedih 
Cerita sedhih, susah, bersedih 
11.
Pucong
Kurang sungguh-sungguh, humor 
Teka-teki, komedi, senda gurau 
                          
Sumber: 
Suwardi. 2006. Dasar-Dasar Pembelajaran Tembang. Bahan Pelatihan Bahasa Jawa SMA/MA/SMK Dinas Pendidikan Kabupaten Magelang, Magelang, 22-23 Juli.



Recent Posts

QC

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate